Sabtu, 25 Desember 2010

Digital Divide

Digital Divide adalah kesenjangan yang diakibatkan oleh perbedaan memperoleh teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memang memberikan efek yang signifikan atau jelas terhadap seluruh bidang kehidupan manusia. Namun bila perkembangan teknologi tersebut tidak tersebar secara merata maka akan terjadi kesenjangan digital, atau yang disebut digital divide.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya digital divide (kesenjangan digital) adalah sebagai berikut:

  1. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan fasilitas pendukung seperti fasilitas listrik, fasilitas internet, fasilitas komputer dan fasilitas pendukung lainnya. Contoh kesenjangan Infrastruktur misal seorang remaja bernama A tinggal di jawa memiliki komputer dan internet cenderung memiliki wawasan pengetahuan yang lebih luas ketimbang seorang remaja bernama B yang tinggal di papua, jangankan memiliki komputer dan internet, listrik saja mungkin masih jarang ditempatnya, jadi wawasannya cenderung terbatas dan susah untuk berkembang.

  1. Kurangnya skill (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi karena SDM ini menentukan bisa tidaknya seseorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi.

  1. Kekurangan isi / materi (Content)

Materi – materi yang ada di internet sebagian besar memakai bahasa Inggris, adapun materi yang memakai bahasa Indonesia lebih banyak yang berbentuk berita dan entertainment (hiburan), maka dari itu materi tentang pendidikan dalam bahasa Indonesia perlu diperbanyak.

  1. Kurangnya pemanfaatan terhadap internet itu sendiri

Bila kita berbicara tentang Internet bukan hanya dikarenakan masalah infrastruktur, banyak pemilik komputer yang bahkan setiap hari mengakses internet tetapi tidak menghasilkan sesuatu. Misal seorang remaja A yang tiap hari mengakses internet namun hanya untuk main chating atau untuk main game online saja. Tentu si A belum bisa dikatakan meraih keuntungan sepenuhnya dari internet itu.

Penjadwalan CPU

I. Pengenalan Penjadwalan CPU

Penjadwalan CPU (CPU Scheduling) adalah basis dari sistem operasi multiprograming. Dengan men-switch CPU kepada proses-proses, sistem operasi dapat membuat komputer lebih produktif.

Penjadwalan berkaitan dengan permasalahan memutuskan proses mana yang akan dilaksanakan dalam suatu sistem. Proses yang belum mendapat jatah alokasi dari CPU akan mengantri di ready queue. Algoritma penjadwalan berfungsi untuk menentukan proses manakah yang ada di ready queue yang akan dieksekusi oleh CPU.

II. Konsep Dasar Penjadwalan CPU

Tujuan dari multiprograming adalah agar beberapa proses dapat berjalan sedemikian rupa sehingga penggunaan CPU menjadi maksimal (CPU utilization maksimal). Ketika CPU mengganggur, sistem operasi harus memilih satu dari proses dalam ready queue untuk dieksekusi. Pemilihan tersebut dilakukan oleh penjadwal CPU (CPU Scheduler). Penjadwal tersebut akan memilih di antara proses di memori yang siap untuk dieksekusi dan kemudian akan memberikan jatah CPU kepada salah satu proses tersebut.

Keputusan dalam penjadwalan CPU berlangsung saat state proses :

1. Berubah dari running state ke waiting state

2. Berubah dari running state ke ready state

3. Berubah dari waiting state ke ready state

4. Terminates

Untuk nomor 1 dan 4, skema penjadwalannya dikatakan non-preemptive. Sedangkan untuk nomor 2 dan 3, skema penjadwalannya dikatakan preemptive. Preemptive maksudnya dapat diganti oleh proses lain. Non-preemptive maksudnya tidak dapat diganti oleh proses lain (proses yang sedang berjalan harus dijalankan sampai selesai dulu).

III. Kriteria Penjadwalan

Kriteria yang digunakan untuk membandingkan algoritma-algoritma penjadwalan adalah sebagai berikut:

  • CPU utilization

Idealnya adalah membuat CPU bekerja sesibuk mungkin.

  • Throughput
    Throughput adalah banyaknya proses yang selesai dieksekusi per satuan waktu. Semakin banyak throughput, semakin baik.
  • Turnaround time
    Turnaround time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi suatu proses. Semakin kecil turnaround time, semakin baik.
  • Waiting time
    Waiting time adalah waktu yang dibutuhkan suatu proses selama menunggu di ready queue. Semakin kecil waiting time, semakin baik.
  • Response time
    Response time adalah waktu yang dibutuhkan sejak suatu proses datang me-request sampai proses itu menerima response pertama. Semakin kecil response time, semakin baik.

IV. Algoritma Penjadwalan

Jenis-jenis algoritma penjadwalan adalah sebagai berikut :

1. Nonpreemptive, menggunakan konsep :

a. FIFO (First In First Out) atau FCFS (First Come First Serve)

b. SJF (Shortest Job First)

c. HRN (Highest Ratio Next)

d. MFQ (Multiple Feedback Queues)

2. Preemptive, menggunakan konsep :

a. RR (Round Robin)

b. SRF (Shortest Remaining First)

c. PS (Priority Schedulling)

d. GS (Guaranteed Schedulling)


sumber :http://bebas.vlsm.org/